Jumat, 07 September 2007

Munir dan Masa Depan Indonesia



Kematian, ternyata begitu dekat. Dalam sekian helain nafas, seseorang yang begitu kita kasihi atau hormati, tiba-tiba telah pergi. Tanpa isyarat. Tanpa lambaian tangan. Dan setelah sekian waktu berlalu, ternyata kenangan itu tak mudah pupus. Jejak langkah dan perjuangannya rupanya masih tergurat jelas. Hari ini, 7 September 2007, genap 3 tahun kematian aktivis HAM Indonesia,Munir.

Apakah yang harus kita serap dari seorang lelaki muda ini, yang begitu kukuh membela hak anak bangsanya? Dalam sekian banyak liputan tentang perjuangannya membela mereka yang tertindas, barangkali ada juga rasa kesepian dan ketidakpastian , apakah semua ini akan menghasilkan buah? Apakah dalam pembelaannya bagi sekian banyak orang korban penindasan, suatu saat mungkin dia sendiri akan menjadi korban ?

Begitu gelap ternyata, apa yang berkelibat di balik pembunuhan Munir. Begitu banyak persidangan yang telah digelar, namun kabut itu belum tersingkap jua. Begitu kuatkah kekuasaan yang telah merenggutnya? Begitu berartikah kematiannya untuk kelangsungan kekuasaan mereka?

Namun ada dampak yang mungkin tidak kita sadari dengan kematian Munir. Bahwa perjungan untuk membela masyarakat yang terpinggirkan, tercabik-cabik hak kemanusiannya, harus siap dibayar dengan harga yang sangat mahal. Nyawa. Darah seorang anak manusia nyatanya tak lebih dari darah-darah yang berceceran di penjagalan.

Seperti apakah nantinya wajah demokrasi kita, jika nasib orang yang memperjuangkannya menjadi tidak jelas. Mungkinkah masih ada anak muda yang mau memperjuangkannya sesamanya jika pada akhirnya dia harus terbujur sendiri dalam kesia-siaan? Akankah lahir generasi yang lebih memilih jalan aman, tanpa harus perduli dengan jeritan-jeritan di sekelilingnya?

Barangkali menarik untuk diketahui apa tanggapan generasi muda terhadap sosok Munir. Apakah mereka menganggapnya sebagai idola? Adakah perjuangan dan pengorbannya memberi inspirasi bagi mereka untuk melakukan hal yang sama? Ataukah mereka menganggap pengorbanan diri sendiri untuk orang lain sebagai suatu kebodohan semata? Mungkin suatu saat kita akan mendapatkan jawabnya. Di situ, kita akan melihat wajah Indonesia yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar: